Bismillahirrahmanirrahim,,,
Halo semuanyaa,,, kali ini saya akan memposting sebuah artikel tentang matematika buatan saya yang sebenarnya bukan buatan saya, karena saya cuma menyusunnya dari buku buku,, hehe,, judulnya adalah APLIKASI PENALARAN DEDUKTIF DALAM PEMBUKTIAN GEOMETRI,, meskipun cuma copas,, semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya,,,
Halo semuanyaa,,, kali ini saya akan memposting sebuah artikel tentang matematika buatan saya yang sebenarnya bukan buatan saya, karena saya cuma menyusunnya dari buku buku,, hehe,, judulnya adalah APLIKASI PENALARAN DEDUKTIF DALAM PEMBUKTIAN GEOMETRI,, meskipun cuma copas,, semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya,,,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
ABSTRAK: Penalaran
deduktif adalah metode
berpikir yang menggunakan hal-hal yang umum terlebih dahulu dan kemudian
dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus. Cara membuktikan teorema dalam
geometri ada 6 prosedur yaitu: (1) teorema dibagi menjadi dua bagian yaitu
hipotesisnya dan kesimpulannya, (2) buat sebuah diagram. Tanda-tanda pada
diagram tersebut memakai simbol-simbol yang bisa mempermudah pembuktian, (3) nyatakan
apa yang diketahui dan apa yang akan dibuktikan, (4) buatlah rencana yang akan
digunakan dalam pembuktian, (5) di sebelah kiri tulislah pernyataan sesuai
dengan nomor tahap yang berurutan, (6) di sebelah kanan, berikan alasan untuk
setiap pernyataan. Alasan yang bisa diterima dalam pembuktian teorema adalah
fakta-fakta, definisi, postulat, teorema asumsi, dan teorema yang sudah
dibuktikan sebelumnya, yang sudah diketahui.
Kata
kunci: penalaran, metode deduktif, pembuktian
teorema, geometri.
Dalam Matematika
ada banyak sekali cabang ilmunya salah satunya yaitu geometri. Dalam geometri
kita mempelajari bagaimana cara kita untuk membuktikan sebuah dalil, postulat,
atau teorema. Dalam membuktikan geometri kita tidak boleh menjadikan
pengukuran, observasi, atau eksperimen sebagai bukti, karena itu masih bersifat
relatif. Ada banyak macam cara untuk membuktikan geometri, salah satunya ialah
dengan memakai penalaran deduktif atau induktif. Dengan pembuktian yang memakai
penalaran kita dituntut untuk berpikir secara rasional dan logis, sehingga bisa
menyimpulkan secara benar atau dianggap benar. Pembuktian yang menggunakan
penalaran deduktif akan diketahui secara pasti tentang kebenaran suatu dalil,
postulat, atau teorema. Dalam artikel ini akan dibahas apa itu penalaran
deduktif, apa itu pembuktian geometri, dan bagaimana cara mengaplikasikan
penalaran deduktif dalam pembuktian geometri.
PENALARAN
Menurut Wikipedia (2013)
penalaran adalah “proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian”. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara
premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Dalam menalar terdapat dua metode
penalaran, yaitu metode induktif dan metode deduktif. Secara singkat metode
deduktif adalah mengambil kesimpulan dari umum menuju kesimpulan yang khusus,
sedangkan induktif adalah sebaliknya.
Metode Induktif
Metode
induktif adalah “metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan di fenomena yang diselidiki berlaku
bagi fenomena sejenis yang belum diteliti” (Wikipedia, 2013). Contoh:
Sapi
Magelang berkaki empat.
Sapi
Batu berkaki empat.
Sapi
Jombang berkaki empat.
Sapi
Madura berkaki empat.
∴
Semua sapi berkaki empat.
Jika
2 bilangan genap, maka akan habis dibagi 2
Jika 4 bilangan genap, maka akan habis dibagi 2
Jika 6 bilangan genap, maka akan habis dibagi 2
Jika 8 bilangan genap, maka akan habis dibagi 2
∴
Jika sebuah bilangan adalah bilangan genap, maka bilangan tersebut habis dibagi
2
Metode Deduktif
Metode
deduktif adalah kebalikan dari metode induktif, yaitu metode berpikir yang
menggunakan hal-hal yang umum terlebih dahulu dan kemudian dihubungkan dengan
bagian-bagiannya yang khusus (Wikipedia, 2013). Metode inilah yang digunakan
sebagai pembuktian dalam kebanyakan cabang ilmu Matematika khususnya pada Geometri.
Dengan
menggunakan penalaran deduktif, maka bisa diambil kesimpulan yang benar atau
dianggap benar dari pernyataan yang benar atau dianggap benar. Rich (2004: 15)
mengatakan bahwa dalam penalaran deduktif ada tiga langkah, yaitu:
1.
Membuat
pernyataan umum, yang mengacu pada keseluruhan himpunan atau kelas benda,
pernyataan ini disebut premis mayor.
2.
Membuat
pernyataan khusus tentang satu atau beberapa anggota himpunan atau kelas yang
mengacu pada pernyataan umum, pernyataan ini disebut premis minor.
3.
Membuat deduksi
yang dilakukan secara logis ketika pernyataan umum diterapkan pada pernyataan
khusus. Contoh:
Semua sapi adalah hewan berkaki empat.
Semua limousin adalah sapi.
∴
Semua limousin adalah hewan berkaki empat
Semua sudut yang besarnya < 90o
adalah sudut lancip
Sudut A
besarnya 60o.
∴
Sudut A adalah sudut lancip.
PENALARAN DEDUKTIF
DALAM GEOMETRI
Istilah
dan pernyataan yang dibahas dalam bab ini merangkum struktur deduktif dalam
geometri. Geometri dimulai dari asumsi yang berupa aksioma atau postulat yang
dianggap benar, kemudian dengan menggunakan penalaran deduktif bisa dipakai
untuk membuktikan teorema-teorema yang belum terbukti menjadi teorema yang
terbukti dan disebut dalil. Bisa juga dimulai dari suatu istilah baik yang bisa
didefinisikan atau tidak didefinisikan menjadi sebuah teorema baru yang
terbukti.
Istilah yang Didefinisikan dan Istilah yang Tidak
Didefinisikan
Titik,
garis dan permukaan adalah istilah-istilah yang, menurut kesepakatan, tidak
didefinisikan. Istilah-istilah takterdefinisikan ini memulai proses definisi
dalam geometri, dan mendasari definisi semua istilah geometri lainnya. Dalam
hal ini Rich (2004: 17) menggambarkan tentang istilah yang didefinisikan dan
istilah yang tidak didefinisikan sebagai berikut:
Kita dapat
mendefinisikan segitiga dalam istilah poligon, poligon dalam istilah bentuk
geometrik, dan bentuk geometrik dalam istilah suatu bentuk yang tersusun oleh
ruas-ruas garis, atau bagian-bagian garis. Namun demikian, proses definisi
tidak dapat diteruskan lebih lanjut karena istilah “garis” tidak di definisikan.
Asumsi (Aksioma dan
Postulat)
Keseluruhan
struktur pembuktian dalam geometri terletak pada, atau dimulai dengan,beberapa
pernyataan umum yang tidak dibuktikan yang disebut postulat. Postulat adalah
pernyataan-pernyataan yang harus kita anggap atau terima sebagai kebenaran agar
kita bisa mendeduksi pernyataan yang lain (Rich, 2004: 18).
Contoh
postulat yang paling sederhana adalah yang berbunyi “ satu dan hanya satu garis
lurus yang dapat dibuat melalui dua titik”. Meskipun postulat ini tidak
dibuktikan maka harus dianggap kalau postulat ini adalah benar, dan dari inilah
teorema-teorema lain bisa dibuktikan dengan penalaran deduktif.
Ketika
kita menggambar satu ruas garis antara dua titik, kita membenarkan hal ini
dengan menggunakan postulat “dua titik menentukan satu dan hanya satu garis
lurus” sebagai alasannya. Alasan ini merupakan suatu asumsi karena kita
menganggapnya benar walaupun tanpa pembuktian lebih lanjut.
Teorema
Teorema
adalah pernyataan yang dibuktikan dalam geometri. Dengan menggunakan definisi
dan asumsi sebagai alasan, kita mendeduksi atau membuktikan teorema-teorema dasar.
Begitu kita menggunakan setiap teorema baru untuk membuktikan lebih banyak
teorema lagi, proses deduksi akan terus berkembang. Namun demikian, jika suatu teorema
baru digunakan untuk membuktikan teorema sebelumnya, urutan logika akan menjadi
tidak sistematis (Rich, 2004: 22).
Teorema
“jumlah ukuran sudut-sudut suat segeitiga sama dengan 180○”
digunakan untuk membuktikan “jumlah ukuran sudut-sudut suat pentagon adalah
540”. Selanjutnya, hal ini membuat kita bisa membuktikan bahwa “setiap sudut
suat pentagon beraturan berukuran 108○”. Namun demikian, urutan
logika akan menjadi kacau jika kita mencoba untuk menggunakan teorema terakhir
untuk membuktikan teorema yang pertama atau teorema yang kedua.
Membuktikan Teorema
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa teorema merupakan pengembangan dari sebuah
postulat, oleh karena itu kita yang belum dari postulat mana teorema itu
dikembangkan maka kita perlu untuk membuktikannya. Berikut ini adalah prosedur pembuktian
teorema dengan penalaran deduktif:
1.
Teorema dibagi
menjadi dua bagian yaitu hipotesisnya (apa yang diketahui) dan kesimpulannya
(yang akan dibuktikan).
2.
Buat sebuah
diagram. Tanda-tanda pada diagram tersebut memakai simbol-simbol yang bisa
mempermudah pembuktian.
3.
Nyatakan apa
yang diketahui dan apa yang akan dibuktikan.
4.
Buatlah rencana
yang akan digunakan dalam pembuktian
5.
Di sebelah kiri
tulislah pernyataan sesuai dengan nomor tahap yang berurutan. Pernyataan
terakhir harus berupa pernyataan yang akan dibuktikan.
6.
Di sebelah
kanan, berikan alasan untuk setiap pernyataan. Alasan yang bisa diterima dalam
pembuktian teorema adalah fakta-fakta, definisi, postulat, teorema asumsi
(teorema yang dianggap benar, dan teorema yang sudah dibuktikan sebelumnya)
yang sudah diketahui (Rich, 2004: 25)
Berikut ini adalah contoh dari
pembuktian teorema:
Tahap
1: Buktikan: Semua sudut siku-siku berukuran sama
Tahap 2: Diketahui: ∠A dan
∠B adalah ∠sk.
Tahap 3: Untuk Pembuktian: m∠A = m∠B
Tahap 4: Rencana: Karena
setiap sudut sama dengan 90, sudut-sudut tersebut
berukuran sama, dengan menggunakan postulat “bilangan-bilangan yang sama dengan suat bilangan
yang sama adalah sama satu
sama lain".
Tahap 5 dan 6
Pernyataan
|
Alasan
|
1. ∠A dan
∠B adalah ∠sk
|
1. Diketahui.
|
2. m∠A
dan
m∠B masing-masing 90○
|
2. m(∠sk)
= 90○
|
3. m∠A
= m∠B
|
3. Bilangan-bilangan
= suat bilangan yang sama = satu sama lain
|
PENUTUP
Kesimpulan
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Dalam menalar terdapat dua metode penalaran, yaitu metode induktif
dan metode deduktif. Metode induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Metode deduktif adalah
metode berpikir yang menggunakan hal-hal yang umum terlebih dahulu dan kemudian
dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.
Geometri dimulai dari asumsi yang
berupa aksioma atau postulat yang dianggap benar, kemudian dengan menggunakan
penalaran deduktif bisa dipakai untuk membuktikan teorema-teorema yang belum
terbukti menjadi teorema yang terbukti dan disebut dalil. Postulat adalah
pernyataan-pernyataan yang harus kita anggap atau terima sebagai kebenaran agar
kita bisa mendeduksi pernyataan yang lain. Teorema adalah pernyataan yang
dibuktikan dalam geometri. Dengan menggunakan definisi dan asumsi sebagai
alasan, kita mendeduksi atau membuktikan teorema-teorema dasar. Begitu kita
menggunakan setiap teorema baru untuk membuktikan lebih banyak teorema lagi,
proses deduksi akan terus berkembang.
Cara membuktikan teorema dalam
geometri ada 6 prosedur yaitu: (1) teorema dibagi menjadi dua bagian yaitu
hipotesisnya dan kesimpulannya, (2) buat sebuah diagram. Tanda-tanda pada
diagram tersebut memakai simbol-simbol yang bisa mempermudah pembuktian, (3)
nyatakan apa yang diketahui dan apa yang akan dibuktikan, (4) buatlah rencana
yang akan digunakan dalam pembuktian, (5) di sebelah kiri tulislah pernyataan
sesuai dengan nomor tahap yang berurutan, (6) di sebelah kanan, berikan alasan
untuk setiap pernyataan. Alasan yang bisa diterima dalam pembuktian teorema
adalah fakta-fakta, definisi, postulat, teorema asumsi, dan teorema yang sudah
dibuktikan sebelumnya, yang sudah diketahui.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut.
Disarankan agar tidak menggunakan teorema atau dalil yang belum dibuktikan
sebagai alasan dalam pembuktian. Apabila membuktikan suatu teorema dengan
teorema yang sudah terbukti, sebaiknya menggunakan teorema yang sudah
dibuktikan tersebut sebagai alasan tanpa membuktikan ulang, dari itu disarankan
agar orang yang membuktikan sudah hafal terhadap teorema-teorema sebelumnya
yang sudah dibuktikan. Dan bila sudah terbiasa membuktikan teorema dengan
teorema yang sudah dibuktikan disarankan untuk tidak melupakan alasan-alasan
pembuktian teorema yang sudah dibuktikan sebelumnya tersebut.
DAFTAR
RUJUKAN
Rich,
B. 2004. Geometri Schaum’s Easy Outlines. Jakarta: Penerbit Erlangga
Wikipedia.
2013. Penalaran, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran), diakses 11 April 2013.
Wikipedia.
2013. Teorema, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Teorema), diakses 11 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar